Dikutipdari TribunStyle.com, zikir merupakan amalan salih yang dianjurkan Rasulullah SAW pada setiap muslim. Keutamaan berdzikir bahkan melebihi dari berinfak emas dan perak. Amalan ini sangat dianjurkan untuk dikerjakan, terutama saat pagi dan petang.
9 ajaran dan amalan dalam tarekat Syadziliyah terdiri dari istighfar, shalawat Nabi, dzikir, wasilah dan rabithah, wirid, adab, hizib, zuhud, uzlah dan KH Aziz Masyhuri, ajaran dan amalan dalam tarekat Syadziliyah dijelaskan sebagai berikutIstighfar. Maksud dari istighfar adalah memohon ampun kepada Allah dari segala dosa yang telah dilakukan seseorang. Esensi istighfar adalah tobat dan kembali kepada Allah, kembali dari hal-hal yang tercela menuju hal-hal yang Nabi. Membaca shalawat Nabi Muhammad SAW dimaksudkan untuk memohon rahmat dan karunia bagi Nabi SAW; agar pembacanya juga mendapatkan balasan limpahan rahmat dari Allah Dzikir adalah perintah Allah pertama kali yang diwahyukan melalui malaikat Jibril kepada Muhammad, ketika ia menyepi khalwat di gua Hira’. Dzikir yang diamalakan ahli tarekat Syadziliyah adalah dzikir nafi itsbat yang berbunyi “la ilaha illa Allah”; dan diakhiri dengan mengucapkan “Sayyiduna Muhammad Rasulullah SAW”; dan diamalkan pula dzikir ism dzat yang dengan mengucap dzikir nafi itsbat yang dibunyikan secara perlahan dan dibaca panjang; dengan mengingat maknanya yaitu tiada dzat yang dituju kecuali hanyalah Allah; dibaca sebanyak tiga kali, dan diakhiri dengan mengucapkan “Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW”. Kemudian diteruskan dzikir nafi itsbat tersebut sebanyak seratus dan Rabithah. Dalam tradisi tarekat Syadziliyah, orang-orang yang dipandang paling dekat dengan Allah adalah Nabi Muhammad SAW, kemudian disusul para nabi lain, al-khulafa’ al-rasyidun, tabi’in, tabi’ al-tabi’in, dan masyayikh atau para mursyid. Diantara bentuk-bentuk tawassul yang diajarkan dan biasa dilakukan pada tarekat Syadziliyah adalah; membaca surat al-fatihah yang ditujukan kepada arwah suci arwah al-muqaddasah dari Nabi Muhammad saw; sampai mursyid yang mengajar atau menalqin dzikir. Adapun rabithah yang dipraktekkan dalam tarekat Syadziliyah adalah dengan menyebut ism dzat, yaitu lafadz “Allah, Allah” dalam Adapun wirid yang dianjurkan adalah penggalan ayat al-Qur’a surat atTaubah/9 128-129 dan wirid ayat Kursi yang dibaca minimal 11 kali setelah shalat fardlu. Dan wirid-wirid lain, yang antara murid yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda sesuai dengan kebijaksanaan etika murid Adab murid dapat dikategorikan ke dalam empat hal, yaitu adab murid kepada Allah, adab murid kepada mursyidnya, adab murid kepada dirinya sendiri dan adab murid kepada ikhwan dan sesam Hizib yang diajarkan tarekat Syadziliyah jumlahnya cukup banyak, dan setiap murid tidak menerima hizib yang sama, karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi ruhaniyah murid sendiri dan kebijaksanaan mursyid. Adapun hizib-hizib tersebut antara lain hizib al-Asyfa’, hizib al-Aafi atau al-Autad, hizib al-Bahr, hizib al-Baladiyah, atau al-Birhatiyah, hizib al-Barr, hizib an-Nasr, hizib al-Mubarak, hizib as-Salamah, hizib an-Nur, dan hizib al-Kahfi. Hizib-hizib tersebut tidak boleh diamalkan oleh semua orang, kecuali telah mendapat izin atau ijazah dari mursyid atau seorang murid yang ditunjuk mursyid untuk Pada hakikatnya, zuhud adalah mengosongkan hati dari selain Tuhan. Mengamalkan tarekat tidak harus meninggalkan kepentingan duniawi secara dan Suluk Uzlah adalah mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat atau khalayak ramai, untuk menghindarkan diri dari godaan-godaan yang dapat mengotori jiwa, seperti menggunjing, mengadu domba, bertengkar, dan memikirkan keduniaan. Dalam pandangan Syadziliyah, untuk mengamalkan thoriqot seorang murid tidak harus mengasingkan diri uzlah dan meninggalkan kehidupan duniawi al-zuhud secara membabi buta. Suluk adalah suatu perjalanan menuju Tuhan yang dilakukan dengan berdiam diri di pondok atau zawiyah. Suluk di pondok pesulukan dalam tradisi tarekat Syadziliyah dipahami sebagai pelatihan diri training centre untuk membiasakan diri dan menguasai kata hatinya agar senantiasa mampu mengingat dan berdzikir kepada Allah, dalam keadaan bagaimana, kapan, dan jugaThoriqoh Annaqsyabadiyah Alkholidiyah, Mursyid dan SilsilahnyaAjaran Shalat Sunah dan Puasa Sunah Tarekat Syattariyah Selain 9 ajaran dan amalan dalam tarekat Syadziliyah di atas, menurut H. Purwanto Bukhori, ada 2 pokok dasar ajaran tarekat Syadziliyah yaitu1. Taqwa kepada Allah SWT lahir batin, yaitu secara konsisten istiqomah, sabar, dan tabah dalam menjalankan segala perintah Allah SWT serta menjauhi semua larangan-laranganNya dengan berperilaku waro’ berhati-hati terhadap semua yang haram, makruh, maupun syubhat, baik ketika sendiri maupun pada saat dihadapan orang lain;2. Mengikuti sunah-sunah Rasullulah SAW dalam ucapan dan perbuatan; yaitu dengan cara selalu berusaha sekuat-kuatnya untuk senantiasa berucap dan beramal seperti yang telah dicontohkan Rasullulah SAW; serta selalu waspada agar senantiasa menjalankan budi pekerti luhur akhlaqul karimah.Ikuti berita NU Cilacap Online NUCOM di Google News, jangan lupa untuk follow Penulis & Editor NU Cilacap Online NUCOM Situs Islam Aswaja Nahdlatul Ulama NU, menghadirkan aktivitas berita informasi kegiatan Nahdlatul Ulama Cilacap -termasuk Lembaga dan Badan Otonom NU- secara Online. Terima kasih atas kunjungan Anda semuanya. Silahkan datang kembali. Back to top button
SyaratDiterimanya Ibadah Oleh: Asep Safa’at Siregar Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia
Menurut sebuah riwayat yang layak dipercaya, di Jawa ada suatu tarekat yang mirip dengan tradisi kaum Malamatiyah. Mereka akan merasa gagal bersuluk jika ketaatan mereka diketahui orang lain. Bukan saja fokus membasmi potensi riyak, para malamat lebih fokus pada peperangan melawan ego sendiri. Mereka mengenal kombinasi menyalahkan diri sendiri malamatun nafs, memperkuat dawamul-iftiqor keadaan merasa hina secara permanen, dan katmul-ibadah menyembunyikan ibadah. Para pionir aliran ini, seperti Syeikh Samnun al-Qassar menyebut jalan spritual mereka sebagai jalan kesalahan’. Tidak memberi ruang sedikitpun bagi diri sendiri untuk merasa benar atau baik. Jadi lebih fokus ke dalam, semacam disipliner batiniah yang sangat ekstrem. Istilah malamatun-nafs adalah kosa kunci yang diperkenalkan oleh kalangan Malamatiyah awal seperti diceritakan dalam kitab Risalah Malamatiyah karya Syeikh Hakim at-Tirmidzi. Sedangkan katmul-ibadah diperkenalkan oleh Syaikh Syihabuddin Suhrawardi, seorang penulis kitab babon tasawuf, Awariful Ma’aarif, sebagai konter-wacana kecendrungan ekstrim kalangan Malamatiyah dalam mengumbar dosa agar terlihat tidak taat. Hal ini untuk membedakan mana praktik Malamatiyah yang benar dan mana yang mengada-ada. Maksudnya, pada masa sebelumnya sebagian kaum Malamatiyah menzahirkan kesalahan di tengah makhluk agar dicap tidak taat. Tradisi menyembunyikan ketaatan, tetapi menzahirkan kesalahan dijalankan secara ekstrem oleh banyak kelompok sampai batas yang mengkhawatirkan. Artinya ada potensi penyelewengan, potensi kepura-puraan, penipuan, dan pemalsuan yang terjadi. Singkatnya, lahir suatu gaya spiritualitas yang membenarkan perbuatan salah dan dosa. Fitness Why move-to-earn is the next evolution of fitness clenbuterol for sale uk 2022 Free Fitness Apps To Download For At-Home Workouts On Your Time Seperti disebutkan oleh Syeikh Fariduddin Attar dalam salah satu fragmen Mantiqut Thayr-nya, menceritakan keterperosokan seseorang yang mendaku malamat orang yang mencerca diri ke dalam kubangan lupa dan dosa sampai pindah dari satu agama ke agama lain, dan hidupnya berakhir di ketiak perempuan non-muslim. Zahir mereka yang tidak taat seringkali digunjing, di-bully, dan difitnah oleh kalangan yang terbuai dengan aksesori agama. Menurut sebagian riwayat, kaum Malamat akan meningkat level spritualitasnya ketika orang lain meremehakan, memandang sebelah mata, dan tidak memanusiakannya. Malamatiyah bukan sufisme tasawuf, dan bukan pula tarekat seperti pernah disampaikan oleh beberapa ahli tasawuf, tetapi lebih sebuah kecenderungan bersuluk yang berkembang sejak abad-9 Masehi. Bahkan kadang, kesan saya, Malamatiyah lebih cenderung menjadi ragam pilihan sufistik-personal. Kembali ke tarekat Akmaliyah yang dekat dengan para malamat itu, para penganutnya praktis tidak terlihat melakukan ibadah formal yang syar’i. Mereka tidak menampakkan semua kewajiban tarekat mereka, seperti zikir dan amalan tambahan lainnya. Menurut seorang peneliti, pengamal tarekat ini hanya bisa dikenali dari praktik hidup hariannya, terutama ekstremnya mereka melayani kaum lemah dalam segala kondisi mereka, fis sarraa wad dhoorro’. Mereka bersedekah dalam segala keadaan, baik ketika longgar maupun sesak secara ekonomi. Tindakan sosial yang menggembirakan, meringankan beban, dan membuat nyaman hidup orang lain menjadi ciri utama para pengamal tarekat ini. Tarekat Akmaliyah adalah salah satu tarekat muktabar walau tanpa lisensi kemuktabaran dari lembaga formal lokal. Banyak kiai-kiai NU mengamalkan tarekat Akmaliyah, tetapi organisasi JATMAN Jami’iyah Tarekat Muktabarah Nahdliyah tidak memasukkan Akmaliyah sebagai salah satu tarekat muktabar. Status muktabar artinya sebuah tarekat sudah dikenal luas kebenaran ajaran dan kesinambungan silsilahnya, sudah terverifikasi oleh para ulama dan umat. Akmaliyah adalah salah satu lokal yang pernah ada dan bertahan sampai hari ini. Dikatakan lokal karena silsilah atau matarantai sanadnya sangat pendek, yakni dari Syeikh Siti Jenar langsung melompat ke Sayyidina Abu Bakar Shiddiq kemudian kepada Rasulullah SAW. Ini versi sanad yang saya percaya secara subjektif. Ada beberapa silsilah Akmaliyah lainnya, tapi karena beberapa alasan subjektif, saya abaikan. Harus diakui belakangan, banyak sekali versi Akmaliyah yang memiliki potensi menjadi pseudo-sufisme. Setiap tarekat dalam perjalanannya memiliki dinamika yang tidak linear, apalagi seperti Akmaliyah yang dalam jangka panjang tercerai-berai secara ajaran dan praktik karena kegiatan politis mereka melawan penjajahan. Para mursyid Akmaliyah awal, terutama Syeikh Siti Jenar, Sunan Kali Jaga, dan belakangan Sultan Agung Hanyokrokusuma membimbing para murid Akmaliyah sampai tahap mendapatkan kematangan spiritual. Bahasa vulgarnya, mereka dibimbing sampai mendapatkan kewalian. Setelah abad-16 Masehi, para pengamal tarekat Akmaliyah ini tersebar di dua jalur, yakni di kraton-kraton kesultanan Islam Jawa atau di kalangan internal kraton, dari para sultan, pangeran, sampai kepada pegawai terendah kesultanan. Matarantai sanad mereka dari Syeikh Siti Jenar ke Sunan Kalijaga ke Mas Karebet ke Panembahan Senopati ke Sultan Agung ke puteranya Pangeran Amangkurat Agung dan seterusnya. Sebagian pendapat mengatakan dari Sultan Agung ke puteranya Pangeran Toposono makamnya di Semarang dan ada juga di pesareyan para sultan di Kotagede. Sedangkan sanad yang dari jalur Syeikh Siti Jenar ke Ki Ageng Kebo Kenongo yang kemudian dilanjutkan Sultan Pajang, Mas Karebet, dan kemudian kepada puteranya, Pangeran Benowo. Seperti kita ketahui, dari Pangeran Benowo inilah lahir para ulama yang nantinya mendirikan pesantren-pesantren di Jawa. Jadi, hubungan pesantren dan para sultan Jawa bukan saja hubungan kekerabatan, tetapi juga hubungan spritualitas. Sekarang, praktis sangat sedikit orang yang mengetahui kompleskitas hubungan dua golongan lama dalam pranata sosial masyarakat Jawa. Masih menurut hasil penelitian seorang karib, salah satu mursyid tarekat Akmaliyah yang bisa dijadikan pegangan di zaman modern adalah Syaikhona Kholil Bangkalan. Bahkan menurut Kiai Agus Sunyoto, Mbah Hasyim Asy’ari adalah seorang mursyid Akmaliyah. Dari kedua masayikh NU ini dilanjutkan oleh beberapa mursyid Akmaliyah di sejumlah pesantren di Jawa Timur. Satu dekade lalu, Mbah Ghafur, Blitar, Jawa Timur, juga membaiat para murid beliau dalam tarekat Akmaliyah dengan bungkus tarekat lain. Ajaran tarekatnya adalah Akmaliyah tetapi namanya memakai tarekat Syatariah atau Syadziliah. Hal ini sudah biasa dilakukan oleh para mursyid Akmaliyah. Saya sengaja menyebutkan sekelumit cerita tarekat Akmaliyah di pesantren sampai hari ini agar Akmaliyah sebagai suatu tarekat yang diwariskan oleh para wali Jawa bisa terpelihara dan para murid Akmaliyah bisa merujuk kepada guru-guru Akmaliyah di pesantren agar tidak tergelincir pada spekulasi dan kemungkinan atau potensi pesudo-sufisme di zaman milenial. Apa yang menarik dari kalangan Malamatiyah dan Akmaliyah, bahwa jalan spritualitas itu membutuhkan suatu tingkat disipliner yang sangat ketat dan tinggi. Tidak ada jalan nyaman bagi para pencari kebenaran. Semua diperoleh melalui serangkaian kewajiban ekstra ketat dalam menjalankan ibadah, menuntut pengetahuan, dan menjaga kemurnian batin. Wal-Allahu-a’lam bishawab.
1 Anjuran untuk ingat (berzikir) kepada Allah Taala * Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Allah Taala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku.
TAREKAT AKMALIYAH Studi Kasus di Pondok Pesantren Miftahu Falahil * Mubtadiin Malang Oleh Ahmad Masrukin Abstrak, Tulisan ini mengkaji Tarekat Akmaliyah yang terdapat di Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin Pulosari, Kasembon, Malang. Hal ini menarik dikaji karena kendati tarekat ini termasuk tarekat yang dikategorikan sebagai tarekat sempalan atau ghoir al-mu’tabaroh oleh Nahdliyin, namun lambat tapi pasti tarekat ini terus bertahan dan mendapatkan pengikut. Tulisan ini dibuat berdasarkan data-data lapangan, observasi, dan interview. Oleh karena itu dalam tulisan terdapat beberapa pernyataan yang tidak menggunakan tata bahasa Indonesia yang bagus. Hal ini karena penulis menginginkan hasil yang alami sedemikian rupa. Dari hasil kajian, Tarekat Akmaliyah yang ada di Pulosari memiliki nama khusus [tambahan], yakni Tarekat Akmaliyah as-Sholihiyah. Hal ini karena Kyai Sholeh, mursyid di situ, memiliki metode pengajaran yang berbeda dengan para gurunya. Untuk menjadi murid Tarekat Akmaliyah as-Sholihiyah, murid harus mengikuti tahap demi tahap yang telah ditentukan oleh Kyai Sholeh. Key Words Tarekat Akmaliyah as-Sholihiyah, sanad, dan ajaran. PENDAHULUAN Akhlak merupakan buah dari kondisi keimanan seseorang. * Maka kondisi iman seseorang sangat mempengaruhi terhadap Institut Agama Islam Tribakti IAIT Kediri Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 perilakunya. Untuk mendapatkan pribadi yang baik dan mengetahui akhlak yang sesuai dengan tuntunan syari’at Islam, Islam memiliki sebuah pepatah yang berbunyi Thalabul Ilmi Minal Mahdi ila Lahdi” dan “Uthlubul Ilma walau Bis Shin”. Kedua pepatah ini berlaku pula dalam bidang akhlak atau tasawuf yang berarti jangan mati sebelum perang. Hal ini karena Rasulullah Saw. diutus kemuka bumi untuk menyempurnakan Akhlak, baik akhlak dhahir maupun batin. Akhlak batin inilah wilayah kajian tasawuf, dan untuk mempelajarinya harus melalui pendidikan yang tak kenal waktu, usia, dan jarak. Setiap orang pada dasarnya selalu berusaha mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Tetapi wujud usaha yang dilakukan oleh tiap-tiap orang berbeda karena perbedaan persepsi dan konsep tentang makna kebahagiaan. Mereka berjalan menuju konsep kebahagiaan mereka masing-masing. Bahkan nilai dan prinsip hidup seseorang juga terbentuk dan merupakan manifestasi dari konsep kebahagiaan yang dianut. Terkait ini al-Ghozali mengklasifikasikan manusia menjadi empat tipologi. Pertama, manusia hedonistik, yaitu manusia yang mengikuti konsep kebahagiaan yang bertumpu pada perihal seks, makan-minum, dan bermalas-malasan santai. Mereka adalah orang yang didominasi oleh dorongan tabiat binatang ternak nafs bahimiyah. Kedua, manusia anarkhis, yaitu manusia yang menyandarkan kebahagiaan pada penyaluran hasrat untuk berbuat brutal, membongkar kestabilan, dan mengekploitasi orang lain. Mereka adalah orang yang didominasi oleh dorongan tabiat binatang buas nafs sabu’iyah.Ketiga, manusia hipokrit, yaitu golongan manusia yang melandaskan kebahagiaannya dengan melakukan rekayasa, menipu dan makar. Mereka ini dapat mengakui kebenaran yang dibawa oleh orang lain. Orang yang memiliki kreteria seperti ini adalah orang yang jiwanya didominasi oleh dorongan dan tabiat setan nafs syaithoniyah. Akhlak dan kecenderungannya adalah melakukan hal-hal yang buruk dan jahat menurut syari’at Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 agama. Keempat, manusia spiritualis, yaitu tipologi manusia yang mendasarkan kebahagiaannya pada penghambaan diri kepada Tuhan dan selalu ingin mendekatkan diri kepada-Nya. Tipe manusia seperti ini adalah manusia yang jiwanya didominasi dorongan tabi’at kemalaikatan nafs malaikatiyah. Jiwa manusia seperti ini akan senantiasa memiliki kecenderungan yang mengarahkan perilakunya kepada kebaikan-kebaikan yang diridhoi oleh Allah. Dari keempat tipologi yang diutarakan al-Gozali ini, tipologi manusia yang 1 keempat lah yang bisa mengarah kepada jalan sufi. Dalam Islam, terdapat empat bentuk ajaran, yakni Syari’at, Tarekat, Hakekat dan Ma’rifat. Syari’at adalah bentuk ajaran yang lebih mementingkan system tindakan dan pengamalan ibadah serta pengamalan ajaran formal yang tampak, sehingga tolak ukur kesalehan dan kedekatan pelakunya pada Tuhan dapat dilihat dan dinilai dari sikap dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Tarekat diartikan sebagai jalan untuk menuju wusul kepada Allah. Tujuan tarekat sebenarnya tidak jauh berbeda dengn tujuan syari’at, yaitu sama-sama untuk memperoleh keridlaan Tuhan. Namun bedanya jika tarekat untuk mencapainya melalui pentahapan sistematis Maqamat dengan bimbingan seorangMursyid, sementara syari’at pencapaiannya tanpa pentahapan2 dan bimbingan seorang Mursyid. Dalam meniti jalan sufi atau belajar ilmu tasawuf harus ada guru atau mursyid. Hal ini karena jika tidak ada guru atau mursyid hasilnya hanya akan sebatas pengetahuan belaka hanya sebatas ilmu saja. Disamping itu, jika tidak dibimbing oleh guru atau mursyid yang berkompeten, salik sebutan orang yang sedang meniti jalan tasawuf akan sulit sampai pada tujuan yang 1 Kharisudin Aqib, Inabah “JalanKembali” dari Narkoba, Stres & Kehampaan Jiwa, Surabaya Bina Ilmu, hlm. v-vi 2 Abdul Munir Mulkhan, Ma’rifat Burung Surga dan Ilmu Kesempurnaan Syekh Siti Jenar, Yogyakarta Kreasi Wacana, 2004, hlm. 41 Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 diharapkan, dan juga akan mudah tersesat. Seorang salik yang meniti jalan tasawuf dengan tanpa seorang guru atau mursyid, ibarat orang masuk hutan belantara dengan tanpa bantuan 3 seorang penunjuk jalan. Oleh karena itu ia akan mudah tersesat. Oleh karena sulitnya meniti jalan tasawuf dan juga banyaknya kejadian seorang salik yang tersesat, kemudian para ulama sufi membentuk sejenis wadah atau lembaga yang berfungsi untuk membantu bagi mereka yang hendak meniti jalan tasawuf. Wadah ini disebut dengan tarekat atau toriqoh. Dalam tarekat ini, sang pencetusnya telah memberikan prinsip- prinsip, syarat-syarat, dan amalan-amalan yang harus diamalkan oleh jama’ah tarekatnya. Seiring dengan berjalannya waktu, wadah-wadah selanjutnya ditulis tarekat untuk meniti jalan tasawuf tersebut banyak bermunculan. Meskipun secara garis besar tujuannya sama, yakni untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun masing-masing tarekat memiliki cara, syarat, dan amalan yang berbeda-beda. Pada umumnya, tarekat tersebut dinamai dengan nama pencetusnya atau juga dengan tujuan dan keunggulannya. Contoh dari nama tarekat yang diambil dari nama pencetusnya antara lain Tarekat Naqsabandiyah yang dicetuskan oleh Baha’uddin an-Naqsabandi, Tarekat Qodiriyah oleh Abdul Qodir al-Jailani, Tarekat Sadziliyah oleh Abu Hasan al-Sazili, sedangkan yang dinamai dari tujuan dan keunggulannya antara lain Tarekat Wahidiyah, Tarekat Akmaliyah, dan lain sebagainya. Tarekat-tarekat ini tersebar keseluruh belahan dunia Islam termasuk Indonesia. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di Dunia dan mayoritas beraliran sunni, jumlah tarekat yang ada di Indonesia pun sangat banyak sekali. Dilihat dari kemu’tabarannya, tarekat-tarekat tersebut di Indonesia dibagi 3 Keterangan Syekh Sholeh Saifuddin di Pondok Pesantren MiftahuFalahil Mubtadiin Pulosari Sukosari Kasembon Malang pada hari Kamis siang, 3 Pebruari 2011 Jam WIB. Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 menjadi dua, yakni tarekat yang mu’tabaroh dan ghoir al-mu’tabaroh. Tarekat mu’tabaroh adalah tarekat-tarekat yang telah terkenal serta memiliki banyak pengikut di seluruh belahan dunia muslim, dan biasanya yang diklaim sanad-nya muttasil hingga ke Rasulullah Saw. Tarekat yang digolongkan kedalam kelompok ini di Indonesia antara lain adalah TarekatNaqsabandiyah, Naqsabandiyah Khalidiyah al-Mujaddidiyah, Sattariyah, Sadziliyah, Qadiriyah, Qadiriyah wa an- Naqsahandiyah, Kubrawiyah, Maulawiyah, Khalwatiyah, Tijaniyah dan lain sebagainya yang menurut Nahdlatul Ulama ada lebih dari 30 Tarekat. Sedangkan tarekat ghoir al- mu’tabaroh adalah tarekat yang memiliki karakter sebaliknya. Diantara tarekat di Indonesia yang dimasukkan kedalam kelompok ini adalah Tarekat Siddiqiyah, Wahidiyah, Miladiyah, dan juga Akmaliyah. Karena dikelompokkan kedalam tarekatghoir al-mu’tabaroh, tarekat-tarekat yang disebutkan terakhir ini sering mendapat cibiran dan pernyataan miring, sehingga perkembangannya agak sedikit terhambat dan kurang begitu pesat dibanding dengan tarekat yang masuk kategorimu’tabaroh. Namun demikian, bukan berarti tarekat-tarekat ini mati tak punya pengikut, bahkan lambat tapi pasti mereka terus 4 berkembang dan mendapat simpati dari masyarakat. Situasi yang menimpa para tarekat ghoir al-mu’tabaroh di atas mengusik pikiran penulis untuk mengkajinya lebih dalam. Namun, pada tulisan ini, karena alasan akademis dan juga menimbang kemampuan, penulis hanya akan memfokuskan kajian pada Tarekat Akmaliyah, dan itupun penulis batasi pada Tarekat Akmaliyah yang berkembang dan diajarkan di Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin Pulosari Sukosari Kasembon Malang. Pada tulisan ini penulis berupaya untuk mengkaji sejarah, sistem dan ajaran Tarekat Akmaliyah yang berada di pondok pesantren tersebut. 4 Martin van Brunessen, sempalan Volume 24 Nomor 1 Januari 2013Sekapur Sirih Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin1. Letak Geografis Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin secara geografis terletak di daerah Pulosari, Sukosari, Kasembon, Malang. Pondok ini berada di daerah perbukitan yang banyak tumbuh sarwa pepohonan dan tumbuh-tumbuhan, serta dikelilingi area persawahan dan perumahan penduduk. Dari jalan utama Malang-Kediri, tepatnya dari gapura perbatasan daerah, pondok ini masuk sekitar 1 Km dan tak jauh dari5 Gunung Krengeh. Pondok pesantren yang diasuh oleh Kyai Haji Sholeh Syaifuddin selanjutnya ditulis Kyai Sholeh ini memiliki beberapa bangunan yang memiliki pola sebagaimana umumnya pondok pesantren, yakni satu bangunan masjid berada ditengah dan disekitarnya terdapat bangunan-bangunan pemondokan serta rumah pengasuh. Di Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin, masjid yang berfungsi sebagai pusat kegiatan ibadah diberi nama Masjid Jannatul Ma’wa. Rumah Kyai Sholeh berada di sebelah kanan depan Masjid menghadap keutara, sebelah timurnya bangunan pondok lama, sebelah utara pondok lama bangunan pondok baru, dan sebelah utaranya lagi terdapat bangunan pondok baru bertingkat yang menjadi tempat kegiatan santri putra untuk mengaji dengan sistem madrasah. Perlu diketengahkan bahwa bangunan perpondokan di pondok ini tidak dibangun secara bersamaan, namun dibangun secara periodik. Oleh karena itu bentuk dan modelnya pun menyiratkan sejarah perkembangan pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin itu sendiri. 5 Gunung Krengeh adalah tempat dimana masayarakat Pulosarimemberikan sesajen dan juga menyembah pohon UNI yang ada di gunung itu. sejarah lurah pondok. Volume 24 Nomor 1 Januari 20132. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin Kyai Sholeh memulai berdakwah ketika beliau tinggal di 6 daerah Ngetrep, rumah istri kedua beliau , dan tak lama kemudian banyak santri berdatangan ingin me-ngaji kepada beliau. Namun, pada tahun 1977, beliau tidak betah di Ngetrep karena kondisi politis daerahnya saat itu. Akhirnya, beliau memutuskan pulang ke Jatirejo, istri Rodhiyah dan anak beliau Muhammad Romli yang baru dilahirkan menyusul kemudian. Di sana beliau bertani dan bertemu dengan Dayat dipanggil pula dengan nama Masykur. Kemudian, Dayat menyarankan agar rumah Kyai Sholeh yang berada di Jatirejo tersebut digunakan untuk berdakwah saja, namun beliau menolak karena di desa tersebut sudah banyak ulama. Setelah peristiwa tersebut, Kyai Sholeh meminta Dayat untuk menunjukkan daerah yang belum tersentuh Islam untuk tempat dakwahnya. Kemudian Dayat mengusulkan daerah 7 Pulosari, sebuah daerah perjudian, dan Kyai Sholeh menyetujuinya. Tahun 1979, putra dari Syahid Yatim dan Asmirah ini datang ke Pulosari dengan Dayat. Kedatangnnya disambut baik 8 oleh Kyai Abdul Astar dengan memberikan sebidang tanah seluas 15m² agar dibangun rumah. Pemberian ini berdasarkan wasiat Kyai Abdul Hamid kepada Kyai Abdul Astar, “Jika adapendatang mau menegakkan agama Islam di sini jangan sampai membeli tanah berikan saja tanahnya”. 6 Kyai Sholeh menikah lagi setelah istri pertamanya wafat. Daerah ini yang memeluk Islam hanya dirinya, istri dan mertuanya 7 Sebelumnya Kyai Sholeh mendapat alamat /petunjuk bahwa tempat yang akan ditempati bernama desa Kacretan –daerah sekitar mengecek ke Purwoasri tapi tidak ada naam desa Kacretan. Beliau mengaitkan Pulosari dengan Kacretan karena tanahnya yang becek jika dilalui akan menimbulkan bunyi cret diambil dari kata Ka-Cret-an. Dan kemiripan nama Pulosari dengan Purwoasri. 8 Kyai Abdul Astar tidak mempunyai putra hanyak anak angkat Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 Untuk membangun rumahnya, Kyai yang pernah belajar di Pondok Pesantren Ringinagung, Pondok Pesantren Sumbersari, dan Pondok Pesantren Sambirobyong ini membeli sebuah rumahgedeg –rumah dari bamboo- di desa Kandangan seharga 57 ribu rupiah. Rumah gedeg tersebut oleh Kyai Sholeh dipindah dan ditempatkan di atas tanah hibah Kyai Abdul Astar tersebut. Dukungan Kyai Abdul Astar untuk kelancaran dakwah Kyai Sholeh tidak berhenti sampai disitu, beliau mewakafkan tanah seluas 30 m² kepada Kyai Sholeh agar dibangun musholla, pondok, dan madrasah. Dalam pembangunannya, beliau membuat batu bata sendiri dengan dibantu oleh 7 orang. Karena modal yang serba terbatas, beliau meminta sumbangan dari warga Jatirejo dan tak lama kemudian bangunan Pondok berhasil berdiri. Saat itu yang mondok mencapai 40 orang santri dan membuat penduduk kaget dengan gerombolan santri’ secara tiba-tiba tersebut. Oleh dasar itu, beliau dicurigai sebagi kepala komando Jihad, namun setelah diperiksa tuduhan tersebut tidak terbukti. Beliau juga meminjam rumah penduduk untuk me-ngaji 40 santrinya. Saat berdakwah, beliau menyisipkan cerita pewayangan untuk menarik perhatian masyarakat agar mau mengenal Islam. Selain itu, untuk menarik perhatian masyarakat, beliau juga memelihara ayam bangkok, karena ketika itu hobi masyarakat adalah sabung ayam. Mengetahui hal itu, banyak penduduk yang datang untuk sabung ayam, bahkan ketika beliau masih me-ngaji. Sejak saat itulah Kyai Sholeh terkenal sebagai Kyai Sabung Ayam. Dalam sabung ayam tersebut, seringkali ayam Kyai Sholeh memperoleh kemenangan. Atas dasar ini, kemudian banyak penduduk yang minta gemblengan untuk ayamnya, supaya bisa selalu menang sebagaimana ayam beliau. Menghadapi permintaan ini, Kyai Sholeh menerimanya dengan ramah dan suka cita. Dalam pemberian gemblengan ini, beliau menyuruh peminta gemblengan untuk membaca Syahadat, lalu mandi Volume 24 Nomor 1 Januari 2013jinabat mandi besar dan kemudian diajari sholat. Metode beliau ini berhasil dan masyarakat, terutama yang tua, mulai berdatangan me-ngaji kepadanya. Satu persatu penduduk sekitar masuk Islam setelah melihat cara beribadah yang diajarkan Kyai Sholeh mudah dipelajari. Masyarakat yang tetap mempertahankan budaya maksiat mulai terancam dengan perkembangan pesat dakwah Kyai Sholeh. Bahkan salah seorang hartawan mendanai seluruh penduduk untuk memelihara babi, agar Kyai Sholeh tidak betah di Pulosari. Tak berselang lama seluruh babi peliharaan penduduk mati setelah saling berkelahi satu sama lain . Tahun 1982 Kyai Abdul Astar mewakafkan tanahnya lagi untuk perluasan pondok pesantren. Kyai Sholeh memberi nama pondok pesantrennya dengan nama Miftahu Falahil Mubtadi’in yang beliau dapatkan saat me-ngaji kitab fiqh Kasifatu Saja. Di dalam kitab tersebut terdapat kalimat persis sebagaimana nama pondok tersebut. Sedang nama madrasah beliau, Futuhiyah, diberikan oleh santrinya dari Jawa Tengah. Sampai tahun 1984, dusun Pulosari belum mempunyai Masjid. Ditahun itu pula, Kyai Sholeh berencana untuk membangun sebuah masjid, dimulai dengan membuat batu bata sendiri dan dibantu santrinya. Setelah melalui proses yang tidak mudah, berdirilah sebuah masjid tanpa nama. Karena ditegur oleh pihak kecamatan untuk segera memberikan nama masjid baru tersebut, Kyai Sholeh memberinya nama Jannatul Ma’wa, karena beliau berkeinginan agar semua jamaah masuk surga. Fasilitas belajar mengajar di Ponpes pada waktu itu sangatlah kurang memadai maka pada tahun 1995 Kyai Sholeh berniat membangun sebuah gedung madrasah berlantai dua berukuran 8 x 30 m. Proses pembangunannya agak terhambat, karena lokasi pembangunannya berbentuk jurang dengan kedalaman sekitar 3,05 m. Pembangunan ini baru berhasil diselesaikan tiga tahun kemudian. Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 Tahun 2000, Kyai Sholeh dan Istrinya Rodhiyah menunaikan ibadah haji. Sekembali dari tanah suci, pada tahun berikutnya 2002 beliau membangun gedung Ponpes Putri berlantai dua diatas tanah pribadi. Perjuangan tentunya perlu pengorbanan karena perjuangan tanpa pengorbanan akan terasa hampa, begitu kata orang. Begitu pula yang terjadi pada KH Sholeh Saifuddin dalam perjalanan dakwahnya beliau tidak luput dari berbagai cobaan, rintangan, dan hambatan. Mereka yang tidak suka dengan ponpes di Pulosari selalu mencari cara agar Kyai Sholeh dan pondok pesantren yang diasuhnya hancur. Dimulai dengan menyebarkan fitnah di kampung-kampung, pasar-pasar, perkumpulan- perkumpulan, dan tempat umum lainnya. Diantaranya fitnah tersebut adalah Difitnah mendirikan Negara sendiri/ makar ï‚ Difitnah sebagai ketua komando Jihad ï‚ Difitnah mendirikan aliran sesat ï‚ Bagi mereka sebuah pesantren hanya rintangan untuk hidup bermaksiat belaka. Mereka akan melakukan apa saja untuk menghilangkan rintangan tersebut, termasuk memfitnah. Fitnah yang mereka sebarkan menuai hasil, masyarakat dari berbagai kalangan banyak yang terprovokasi olehnya, bahkan 9 media televisi sekalipun. Sejak berdirinya Ponpes di Pulosari, mereka telah melakukan penyerbuan sebanyak 3 kali dengan alasan yang tidak jelas. Penamaan, Sanad, dan Posisi Tarekat Akmaliyah1. Riwayat Penamaan Penamaan Tarekat Akmaliyah, menurut keterangan dari putra Kyai Sholeh, Gus Romli Rofa’Ilalloh, yang ia nukil dari 9 JTV pojok kampong hari sabtu sore tanggal 12 April 2008 memberitakan bahwa Kyai Sholeh menyerobot tanah Volume 24 Nomor 1 Januari 201310 Syeikh Maulana Ishak, adalah diambil dari martabat iman yang keempat, yaitu ilmul yaqin, ainul yaqin, haqul yaqin, dan 11 akmalul yaqin. Akmalul yaqin adalah tingkatan iman yang paling tinggi dan sempurna. Terkait dengan pemahaman dari masing-masing tingkatan iman ini Syeikh Maulana Ishak menjelaskannya dengan menggunakan Ka’bah tamsil sebagaimana berikuta. Ilmul yaqin, adalah imannya seseorang yang dikabari orang yang baru pulang haji bahwa di belahan bumi sana, tepatnya di Makkah, ada suatu bangunan berbentuk segi empat, diselimuti kiswah empat, yang di situ dikelilingi oleh jutaan orang yang diberi nama Ka’bah. Orang yang memberi kabar itu betul-betul baru pulang haji dan memiliki bukti dengan membawa barang dari sana umpamanya, kemudian orang yang dikabari sudah yakin dan merasa cukup sampai sebatas tahu itu. b. Ainul yaqin, adalah imannya seseorang yang dikabari seperti orang yang pertama tadi, namun dia tidak cukup sampai disitu. Dia penasaran yang kemudian memutuskan berangkat ke Makkah dan akhirnya menyaksikan langsung keberadaan Ka’bah tesebut, walaupun hanya melihatnya dari jarak Haqqul yaqin adalah imannya seseorang yang tidak puas hanya dengan kabar dan melihat dari jarak jauh. Ia kemudian bertarekad untuk mendekat hingga menyentuh Ka’ Akmalul yaqin adalah imannya seseorang yang tidak puas hanya dengan kabar, melihat dari jauh, dan juga 10 Ia adalah keponakan dan murid Syaikhona Khalil BangkalanMadura. Ia juga merupakan saksi hidup bahwa Syaikhona Khalil mengajarkan Tarekat Akmaliyah dan menulis kitab terkait Akmaliyah yang berjudul Bayanu Tariqil Haq. Wawancara dengan Gus Romli…. 11 Nama Akmaliyah hasil wawancara dengan Gus Romli di rumah dalemnya sabtu malam minggu pada tanggal 5 pebruari 2011 pukul Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 menyentuh. Dia ingin lebih dekat lagi, yakni masuk langsung ke dalam Ka’bah, sehingga kemanapun dia menghadap dia menghadap Ka’bah fa ainama tuwallu illa ka’bah. Ini ibarat dari kemanapun seseorang menghadap, sukmanya hanya menyaksikan Allah semata Fa ainama tuwallu fatsamma wajhullah. Gus Romli Rofa’Ilalloh menjelaskan lebih lanjut bahwa nama Tarekat Akmaliyah dirujukkan pada tingkatan imanakmalul yaqin karena tingkatan iman inilah tujuan Tarekat Akmaliyah. Dengan kata lain, nama Akmaliyah tersebut adalah ejawantah dari tujuan tarekatnya. Penjelasan-penjelasan di atas adalah penjelasan mengenai asal-muasal penamaan Tarekat Akmaliyah secara umum. Kemudian, asal-muasal penamaan Tarekat Akmaliyah secara khusus, local Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin Pulosari yang menambahi nama tarekat tersebut dengan as-Sholihiyah Pulosari di belakangnya, adalah karena Kyai Sholeh memiliki metode pengajaran yang berbeda dengan para gurunya yang berakibat pada corak Tarekat Akmaliyah-nya pun memiliki corak yang Sanad Menurut riwayat Gus Romli Rofa’ Ilallah, TarekatAkmaliyah sudah ada sejak zaman al-Arifbillah Kyai Haji Kholil Bangkalan Madura. Syaikhona Khalil, sapaan lazim Kyai Haji Kholil Bangkalan Madura, hanya mengajarkan tarekatAkmaliyah kepada murid-muridnya yang terpilih, yang ia anggap mampu untuk mengamalkannya. Salah satu murid terpilih tersebut adalah Kyai Haji Siroj al-Arif Billah Bendosari, Kras, Kediri. Sebagaimana gurunya, Kyai Siroj, panggilan Kyai Haji Siroj al-Arif Billah, juga hanya mengajarkan tarekatAkmaliyah hanya kepada murid-muridnya yang terpilih, yang diantaranya ialah Kyai Haji Sholeh Syaifuddin Pulosari. Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 Masih menurut keterangan Gus Romli Rofa’Ilallah, jika diturut lebih jauh serta dilihat dari ajaran Tarekat Akmaliah tentang martabat sab’ah martabat tujuh dan wihdatul wujud penyatuan wujud, tarekat ini bisa disambungkan kepada Syekh Saman pendiri tarekat Samaniyah. Syekh Saman mengadoppsi dari Syekh Fadlullah al-Burhanpuri Pembesar Tarekat Syatoriyah Nusantara. Syekh Fadlullah al-Burhanpuri menyempurnakan ajaran Syekh Abdul Karim al-Jilli. Al-Jilli menyempurnakan ajaran Ibnu A’robi, dan Ibnu A’robi menyempurnakan ajaran Abu Mansur al-Hallaj. “Kalau Akmaliyah dipahami sebagai martabat, intinnya adalah martabat sab’ah martabat tujuh, yaitu ahadiyah, wahdah, wahidiyat, arwah, missal,ajsam, insan al-kamil. Sebenarnya, martabat tujuh ini juga ada dalam Tarekat Sathariyah dan TarekatSamaniyah. Nah, kalau dikembalikan kepada induknya, semua ini adalah fahamnya Syekh Fadlullah al-Burhanpuri dan diterangkan dalam kitabnya yang berjudul Tuhfatul Mursalah. Syekh Fadlullah al-Burhanpuri adalah penganut fahamwihdatul wujud dan sekaligus penyempurna kitab Insan Kamil-nya Syekh Abdul Karim al-Jilli. Syekh Abdul Karim al-Jilli adalah cucu dari Syekh Abdul Qodir al-Jailani pendiri Tarekat Qadiriyah, pen dan menyempurnakan faham wihdatul wujudnya Syekh Ibnu Arabi. Kalau dicari lebih keatas lagi, maka Syekh Ibnu Arabi ini adalah penyempurna fahamnya Syekh Abu Mansur al-Hallaj atau yang dikenal di kalangan sufi sebagai Syeikhul Akbar, bahkan Syekh Imam al-Ghazali sendiri menyebutnya dengan sebutan itu. Maka dari itu, kalau diurutkan rangkaian sanad kitabnya, maka dimulai dari Syekh Abu Mansur al-Hallaj, terus kemudian Syekh Ibnu Arabi, lalu disempurnakan oleh Syekh Abdul Karim al-Jilli, dan matangnya itu di Syekh Fadlullah al- Burhanpuri. Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 Syekh Fadlullah al-Burhanpuri adalah pengikutSathariyah, kemudian dari sana diadobsi oleh tarekat-tarekat yang lain termasuk Syekh Saman, pendiri tarekat Samaniyah, terus kemudian sampai di 12 jawa. Dilihat dari runtutan sanad tersebut, maka sedikit banyak bisa dipahami bahwa sanad Tarekat Akmaliyah tidak se-rigid sanad yang ada pada tarekat-tarekat besar lainnya. Runtutan sanad tersebut hanya menerangkan sanad sebagian dari ajarannya. Dengan demikian, secara penamaan TarekatAkmaliyah adalah tergolong tarekat baru, yang baru muncul setelah munculnya Tarekat Samaniyah. Hal ini didasarkan pada paragraf akhir dari keterangan di atas, yakni ajaran Syekh Fadlullah al-Burhanpuri yang diklaim sebagai induk rujukan ajaran martabat sab’ah dan wihdatul wujud di Nusantara baru sampai ke Jawa setelah Syekh Saman mendirikan tarekatSamaniyah. Dan, Kyai Sholeh mendapatkan ajaran Tarekat Akmaliyah dari Kyai Siroj, Kyai Siroj dari Syaikhona Kholil yang tinggal di Bangkalan Madura, suatu wilayah yang juga diidentikkan dengan Jawa. Dari runutan ini, maka kemungkinan terbesar munculnya Tarekat Akmaliyah adalah pada masa Syaikhona Kholil atau pada masa sebelumnya, yang jelas setelah tarekat Samaniyah Tarekat Akmaliyah dan Tarekat-Tarekat Lain Masih mengambil pemahaman dari keterangan Gus Romli Rofa’Ilalloh pada sub di atas, tepatnya mengenai runutan sanad Tarekat Akmaliyah yang dikaitkan dengan tarekat-tarekat lain Tarekat Samaniyah dan Sathariyah yang telah ada sebelumnya, maka menunjukkan bahwa Tarekat Akmaliyah bukanlah tarekat yang berdiri secara mandiri dan bukan pula tarekat pelanjut. Bukan tarekat yang berdiri sendiri karena dalam 12 Wawancara dengan Gus Romli Rofa’ Ilalloh di rumah dalemnya sabtu malam minggu pada tanggal 5 pebruari 2011 pukul Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 keterangan tersebut diterangkan bahwa antara TarekatAkmaliyah dan dua tarekat tersebut memiliki kesamaan ajaran dan bahkan diakui memiliki ketersambungan, sedangkan bukan merupakan tarekat pelanjut karena jika pelanjut ia akan memiliki nama, konsep ajaran, dan sistem yang persis sama atau memiliki perbedaan yang sangat sedikit dengan tarekat yang dilanjutkan, misalnya Tarekat Naqshabandiyah Khalidiyah al-Mujaddidiyah yang memperbaharui atau menlanjutkan Tarekat Naqshabandiyah. Dengan demikian, kemungkinan terbesar adalah bahwa Tarekat Akmaliyah merupakan sejenis tarekat penggabung dari tarekat-tarekat sebelumnya seperti TarekatQadiriyah wan Naqshabandiyah yang menggabungkan antara Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqshabandiyah. Kesimpulan ini diperkuat dengan pernyataan Gus Romli, menurutnya Tarekat Akmaliyah adalah tarekat yang menggabungkan atau mengambil inti-inti pokok ajaran tarekat-tarekat yang telah ada, terutama lima tarekat besar, yaitu Tarekat Qadiriyah, Naqshabandiyah, Sathariyah, Sadziliyah dan Samaniyah. Terkait posisi Tarekat Akmaliyah diantara tarekat-tarekat lainnya tersebut Gus Romli Rofa’Ilalloh memberikan ibarat sebagai berikut Kalau didalam dunia kita mengenal kecanggihan modern, dulu orang ingin ke Surabaya perlu waktu setengah hari, bahkan sampai satu hari. Ketika ditemukan teknologi sepeda, waktu tempuh semakin berkurang yaitu lebih cepat, mobil lebih cepat lagi, pesawat lebih cepat lagi, maka didalam urusan ukhrawi juga sama. Sehingga tarekat-tarekat itu kalau kita melirik pada Qadiriyah yang asli itu ditetapkan riyadhah yang luar biasa ketat, sangat sulit kalau diterapkan pada zaman sekarang,Naqshabandiyah lebih ringan lagi, Syadziliyah itu lebih ringan lagi, Sathariyah lebih terbuka,Akmaliyah itu lebih terbuka lagi. Cuma, semua itu Volume 24 Nomor 1 Januari 201313 Dalam keterangan tersebut diterangkan bahwa Tarekat Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 adalah jalan. Ini kalau saya gambarkan orang menuju ke Istana Negara, itu ada yang naik sepeda, naik mobil, dan ada yang naik kereta api. Nah, semua yang saya sebutkan ini ada rambu-rambu lalulintasnya, ada aturan baku yang mungkin harus di penuhi. Tapi coba bagi mereka yang naik pesawat, maka tidak ada aturan itu. Jadi mau belak-belok kesana- kemari, naik-turun kan lebih cepat dan lebih mudah, tentu bagi yang sudah bisa mengemudikannya. Inilah kiranya gambaran adalah tarekat yang mengambil inti pokok ajaran dari tarekat-tarekat terdahulu dan diposisikan lebih tinggi dan lebih cepat Pesawat terbang sampai pada tujuan dibandingkan yang lainnya. Namun, hal ini hanya bisa dicapai bagi mereka yang mampu mengemudikannya. Maksudnya, bagi mereka yang mengetahui cara dan memenuhi aturan-aturannya. Sebab, lanjut Gus Romli, jika pesawat itu dikemudikan oleh mereka yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, mereka akan jatuh ke posisi awal. Alih-alih mendapatkan sambutan manis dari Allah, yang ada adalah murka-Nya. Oleh karena itu, seorang salik Tarekat Akmaliyah yang menginginkan hasil yang sempurna harus mampu memenuhi syarat-syarat tersebut, terutama terkait adab. Jadi Hadratu Rububiyah itu menuntut pada etika yang sempurna, makanya ada istilah HasanatulAbrar Sayi’atul Muqorrobin, jangankan Allah presiden kalau digitukan akan marah. Kalau rakyat biasa ini kentut didepan umum itu biasa-biasa saja, akan tetapi kalau seorang menteri kok kentut di 13 Wawancara dengan Gus Romli Rofa’ Ilalloh di rumah dalemnya sabtu malam minggu pada tanggal 5 pebruari 2011 pukul depan presiden itu kan podo karo nantang yok ora, 14 sama juga menantang presiden iya tidak?. Hasil yang sempurna atau tujuan akhir dari Tarekat Akmaliyah adalah sebagaimana telah penulis terangkan pada sub-bab penamaan Akmaliyah, yakni mampu mencapai tingkatan iman Akmalul Yaqin. Kendatipun telah mencapai tingkatan ini, seorang salik Akmaliyah tetap harus ngugemi adab, tetap harus menjalankan Syari’at. Menurut keyakinan Tarekat Akmaliyah, ke-akmaliyah-an seseorang bisa dibuktikan ketika ia telah meninggal dunia. Seseorang yang telah mencapai derajat akmaliyah/akmalulyaqin, ketika ia meninggal dunia dan mayatnya dikubur, mayatnya akan hilang muksa. Hal ini karena ketika ia ditawariraudhah, ia menjawab bahwa ibadah saya bukan karena mengharap pahala dan surga, saya hanya menghendaki Allah,mukhso lebur pada dzat-Nya. Jika seseorang masih dalam tingkatan haqul yaqin, jasad serta kain kafannya masih utuh dan darahnya masih segar meskipun telah dikubur beratus-ratus tahun. Jika masih dalam tingkatan ainul yaqin, jasad, darah dan kain kafannya masih utuh. Hal yang membedakan dengan tingkatan haqul yaqin adalah jasad dan darahnya sudah mengering. Sistem Tarekat Akmaliyah Assholihiyah Pulosari Proses menjadi anggota Tarekat Akmaliyah AssholihiyahPulosari ada dua cara, yakni 1 calon murid datang langsung kepada Mursyid dan mengutarakan maksud untuk menjadi anggota Tarekat, dan 2 calon murid bertanya kepada pengamal Tarekat Akmaliyah Assholihiyah Pulosari mengenai cara menjadi anggota tarekat itu, dan pada umumnya akan 14 Wawancara dengan Gus Romli Rofa’ Ilalloh di rumah dalemnya sabtu malam minggu pada tanggal 5 pebruari 2011 pukul Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 15 diberitahukan bagaimana caranya. Setelah proses tersebut dan mendapatkan izin, calon murid disuruh mengerjakan puasa tarkukulli dzi ruh selama tiga hari dan wirid sebanyak 500 X setiap hari. Perlu digaris bawahi bahwa masing-masing hari memiliki niat puasa yang berbeda. Lebih mudahnya penulis rinci sebagai berikut a. Niat puasa hari pertama nawaitu shauma ghadin lisuluki thariqil muttaqin wiridnya ya hadhi ya alim ya khabir ya mubin 500x b. Niat puasa hari kedua nawaitu shauma ghadin lisuluki thariqi shalihin wiridnya ya hadhi ya alim ya khabir ya mubin 500x c. Niat puasa hari ketiga nawaitu shauma ghadin lisuluki thariqil arifin wiridnya ya hadhi ya alim ya khabir ya mubin 500x Setelah berpuasa bila ruhin dan melakukan wirid selama tiga hari, calon murid lalu datang lagi kepada mursyid untuk dibai’at. 16 Bai’at berasal dari kata ba’a “ ÙØ¹ïºÙïº ” yang berarti menjual. Maksudnya adalah seluruh hidup dan mati dijual kepada Allah. Ibadah, shalat, amal, hidup dan mati semua diserahkan kepada Allah sampai diri tidak memiliki apa-apa. Bahkan sampai diri sendiri pun tidak dimiliki. Syarat-syarat bai’at antara lain a Suci dari hadas besar dan kecil, bSudah berpuasa tiga hari tarku kulli dzi ruh, c Ada guru mursyid, d Ada yang dibi’at, dan eDuduk berhadap- hadapan antara calon murid dan mursyid. Adapun tata cara bai’at adalah duduk berhadapan dengan guru Mursyid dengan menyatukan kedua lutut sampai 15 Keterangan Kyai Sholeh nama panggilan Kyai Haji Sholeh Saifuddin Al Arif Billah dipondok pesantren Pulosari sabtu malam minggu 16 M. Kasir Ibrahim, Kamus Arab, arab-indonesia, Indonesia-arab, Surabaya Apollo tanpa tahun. Hal, 35 Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 bersentuhan dengan lututnya guru Mursyid. Setelah itu manutnut opo jare guru Mursyid ikut lahir-batin dengan apa yang dilakukan oleh guru Mursyid. Sedangkan pantangannya adalah tarku syari’at menginggalkan syari’at dan khianat Mursyid. Setelah dibai’at, maka selanjutnya yang dilakukan oleh murid adalah melaksanakan segenap sistem yang ada dalam Tarekat sebagai berikut 1. Suluk Pengertian suluk adalah membersihkan hati dari semua yang selain Allah dan menjauhkan hati dari hawa nafsu serta semua yang menjadi ajakannya. 17 Pekerjaan-pekerjaan dalam suluk adalah dengan kesungguhan membaca istighfar “ Ù ïºÙï»”Ù’ï»Ùïº˜Ù’ïº³ÙØ§ ﻢْﯿÙﻈÙﻌْﻟا Ùﲓ 100 x dengan mengeraskan suara sekeras- kerasnya jahr b. Membaca “ ﻒْﯿÙﻄÙﻟ ïºÙﯾ “ 100x dengan suara sekeras- kerasnya jahr “ ÙØ¹ÙﺪÙïº ïºÙﯾ “ 100x dengan suara sekeras-kerasnya jahr d. Membaca “ Ù’ïºÙﺒْﻛأ Ùï² “ 100x dengan suara sekeras- kerasnya jahr “ ﻢﻟآ“ 100x dengan suara sekeras-kerasnya jahr f. Membaca “ Ù’ïºªï± ï»¤ÙﺤÙﻣ ï»°Ùï» Ùﻋ ï² ï± ï»Ùﺻ“ 100x dengan suara sekeras- kerasnya Jahr g. Membaca “ ï² ï± ï»»ÙØ§ ÙïÙï»ŸÙØ§ Ùï»»“ 100x dengan suara sekeras- kerasnya Jahr Kesemuanya ini dibaca setiap ba’da magrib dan isya’ secara berjamaah. Membacanya dengan menggambarkan hati ibarat besi yang berkarat terkena hantaman sesuatu yang sangat besar dan akan bersih 17 Keterangan dalam salah satu pengajian rutin yang ada pada tiap malam minggu di Pulosari Kasembon Malang. karat-karat yang ada dalam besi itu karenanya, atau memaksa semua yang dibaca dengan lisan itu agar masuk sampai kepada hati, kepada ruh sukma/nyawa, 18 bahkan sampai pada sirr rasa. 2. Dzikir Dzikir adalah langkah pertama dijalan cinta, sebab kalau orang mencintai orang lain maka ia akan suka menyebut namanya dan selalu ingat kepadanya. Dzikir adalah ibadah yang dengan cepat dapat membuka tabir penghalang antara manusia dengan tuhannya. Tabir itu misalnya akhlak yang buruk, akhlak yang menyimpang dari aturan agama, sehingga dengan akhlak itu hati tertutup oleh kotoran yang bisa menghalangi seseorang untuk dekat kepada Allah. Bila ingin hatinya terbuka dan tersingkap tabirnya, maka cara yang paling cepat adalah dengan dzikir 19 kepada Allah. Apabila seorang salik menemukan kesulitan dalam suluknya, maka dzikir merupakan pedang untuk menakuti musuhnya, dan Allah akan akan melindungi siapapun yang ingat akan Dia baik dalam keadaan susah, bahaya dan bahagia. Orang ahli Tarekat hatinya haruslah dikasih makan dengan dzikir kepada Allah. Makna dzikir dalam Tarekat Akmaliyah ada dua macam, yaitu 1 dzikir berarti menyebut, dan 2 dzikir berarti mengingat. Oleh Karena itu, dalam hubungan dengan dzikir terdapat lima tingkatan, yaitu Pertama, orang yang tidak berdzikir sama sekali, baik dalam arti menyebut atau mengingat; Kedua, orang yang berdzikir dengan lisan saja, tidak beserta hatinya. Inilah orang yang dalam al-Qur’an dikatakan sebagai orang yang summun bukmun ngumyun 18 Keterangan Gus Romli Rofa’ Ilallah Sabtu malam minggu, 8 Oktober malam di dalemnya rumahnya 19 Pengajian tauhid tiap sabtu malam minggu di dusun Pulosari Kasembon Malang. Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 fahum la yarji’un buta tuli bisu dan tidak pernah kembali. Lisan dan hatinya suka berkeliaran terus tidak pernah mau pulang kepada Allah; Ketiga, orang yang berdzikir dengan hatinya saja, tanpa dengan lisan; Keempat, orang yang berdzikir dengan lisan dan hatinya, akan tetapi masih dimilikinya sendiri tidak diserahkan kepada Allah; dan Kelima, orang yang berdzikir dengan lisan dan hatinya dengan hudurul qolbi dan dia tidak merasa memiliki dzikir itu baik lisan atau hatinya. Dia mengerti bahwa menyebut dengan lisan itu perbuatan Allah atau hati yang mengingat itu juga perbuatan Allah. Tingkatan yang terakhir inilah yang diajarkan Tarekat Akmaliyah kepada seluruh anggotanya. Dan perlu diingat, dzikir boleh dilakukan dimana saja, pada saat apa saja, kapan saja, dan tanpa dibatasi pada waktu-waktu tertentu. KESIMPULAN Ulasan-ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemunculan Tarekat Akmaliyah di Sukosari dimandegani oleh Kyai Sholeh sejak awal berdirinya Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin pada tahun 1979. Kyai Sholeh mendapatkan ajaran Akmaliyah dari Kyai Siroj Bendosari Keras, dan Kyai Siroj dari Syaikhona Kholil Bangkalan Madura. Penamaan Akmaliyah ditujukan pada tujuan akhir tarekat, yakni martabat iman akmalul yaqin. Sedangkan penamaan khusus Tarekat Akmaliyah as-Sholihiyah Pulosari ditujukan sebagai pembeda dari tarekat-tarekat Akmaliyah yang diajarkan oleh mursyid lain. Hal ini karena Kyai Sholeh memiliki metode yang berbeda dalam pengajarannya. Titik puncak ajaran Tarekat Akmaliyah as-SholihiyahPulosari sama dengan tarekat Akmaliyah lainnya, yaitu tercapainya akmalul yaqin yang tidak lain adalah penyatuan hamba dan Sang Kholik wihdatul wujud. Jika dilihat dari ajaran ini, Tarekat Akmaliyah bisa dirunut sanad ajarannya kepada Abu Mansur al-Hallaj. Abu Mansur al-Hallaj dilanjutkan oleh Ibnu A’robi. Ibnu A’rabi disempurnakan oleh Syeikh Abdul Karim al-Jilli. al-Jilli disempurnakan oleh Syeikh Fadlullah al-Burhanpuri. Dari al-Burhanpuri diadopsi oleh Syeikh Saman, dan dari Syeikh Saman baru masuk ke Jawa yang kemungkinan besar adalah Syaikhona Kholil. Dilihat dari runutan ini, Tarekat Akmaliyah adalah tarekat penggabung dari beberapa tarekat sebelumnya, yakni Tarekat dan Qadiriyah, Naqshabandiyah, Sathariyah, Sadziliyah, Samaniyah. Untuk menjadi murid Tarekat Akmaliyah as-SholihiyahPulosari, seorang calon murid melalui beberapa tahap, yaitu 1 ijin masuk kepada mursyid; 2 puasa bila ruh dan wirid tertentu selama tiga hari; 3 bai’at; dan 4 suluk dan dzikir.
Eyang sendiri ngingetin saya. Untuk sering-sering doain anak. Dan ada amalan atau zikir khusus. 'Eyang cuma bisa Al Fatihah dan Qulhu, ya itu aja yang Eyang bacain banyak-banyak. Sehari semalam, 100 kali," tulis Yusuf Mansur. Ketika mencoba amalan itu, Yusuf Mansur mengaku hanya kuat selama empat hari. "Saya sama istri pernah nyoba baca.
- Inilah Amalan - amalan yang Bisa dilakukan umat muslim di Hari Tasyrik, Salah satunya perbanyak dzikir Puasa sunah yang dianjurkan adalah Puasa Arafah dan Tarwiyah. Puasa Tarwiyah merupakan puasa yang dilaksanakan pada 8 Dzulhijah atau tahun ini jatuh pada 29 Juli 2020. Sementara puasa Arafah dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijah atau 30 Juli 2020. Namun ada pula hari dilarang berpuasa atau haram berpuasa yakni Hari Tasyrik. Hari Tasyrik adalah hari yang istimewa di mana umat muslim dilarang untuk berpuasa namun dianjurkan memperbanyak amalan seperti baca doa dan dzikir. Hari Tasyrik sendiri jatuh pada tanggal 11,12,13 Dzulhijjah setelah Idul Adha atau di tahun ini jatuh pada 11 1 Agustus 2020 hingga 3 Agustus 2020. Di Hari Tasyrik ada keistimewaan di dalamnya. Karena dijadikan Allah sebagai hari yang istimewa, maka Hari Tasyrik menjadi waktu yang istimewa untuk banyak berzikir dan berdoa. • Anita Kolopaking Buka Suara Setelah Diperiksa Kejaksaan Agung, Ini Pengakuan Pengacara Djoko Tjandra • Anies Baswedan Bocorkan Titik Paling Rawan Virus Corona di Jakarta, Bukan Pasar dan Tempat Hiburan • Terkuak Rekaman Detik-detik Polisi Pangkat Kombes Diduga Aniaya Keluarga Demi Wanita Lain dan Profil Mengacu hadits dari Abdullah bin Qath ra, Nambi Muhammad SAW bersabda "Hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari qurban Idul Adha kemudian hari al-qarr," HR. Abu Daud 1765, Ibnu Khuzaimah 2866. Yang dimaksud dengan hari 'al-qarr' adalah tanggal 11 Dzulhijjah, yang merupakan hari kedua setelah idul kurban. Keistimewaan lain hari tasyrik adalah adanya larangan berpuasa bagi seluruh umat Islam. Larangan ini muncul karena hari ini merupakan hari makan dan minum. Dalam hadits disebutkan, أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
Sedangkanmenurut istilah Secara Terminologi (istilah)Tarikat adalah Jalan yang mengacu kepada suatu sistem latihan meditasi maupun amalan-amalan (mu’tabarah, zikir, wirid, dan sebagainya). Menurut Ensiklopedi Islam tarekat berarti ; “perjalanan seorang saleh (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri atau perjalanan yang
Ada beberapa amalan utama yang bisa diamalkan di hari tasyriq. Di antaranya, kita masih diperintahkan untuk memperbanyak dzikir semisal Ta’ala berfirman,وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَى وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ“Dan berzikirlah dengan menyebut Allah dalam beberapa hari yang terbilang.” QS. Al Baqarah 203.Ibnu Umar dan ulama lainnya mengatakan bahwa ayyamul ma’dudat adalah tiga hari tasyriq. Ini menunjukkan adanya perintah berdzikir di hari-hari yang diperintahkan oleh Allah di hari-hari tasyriq ada beberapa macamBerdzikir kepada Allah dengan bertakbir muqoyyad yaitu setelah selesai menunaikan shalat wajib. Ini disyariatkan hingga akhir hari tasyriq sebagaimana pendapat mayoritas ulama. Hal ini juga diriwayatkan dari Umar, Ali dan Ibnu Abbas. [su_spacer]Membaca tasmiyah bismillah dan takbir ketika menyembelih qurban. Dan waktu menyembelih qurban adalah sampai akhir hari tasyriq 13 Dzulhijah sebagaimana Imam Syafi’i dan salah satu pendapat dari Imam Ahmad. Namun mayoritas sahabat berpendapat bahwa waktu menyembelih qurban hanya tiga hari yaitu hari Idul Adha dan dua hari tasyriq setelahnya 11 dan 12 Dzulhijah. Pendapat kedua ini adalah pendapat yang masyhur dari Imam Ahmad, juga termasuk pendapat Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan menjadi pendapat kebanyakan ulama. [su_spacer]Berdzikir memuji Allah Ta’ala ketika makan dan minum. Yang disyari’atkan ketika memulai makan dan minum adalah dengan menyebut nama Allah bismillah dan mengakhirinya dengan menyebut alhamdulillah. [su_spacer]Berdzikir dengan takbir ketika melempar jumroh di hari tasyriq. Dan amalan ini khusus untuk orang yang berhaji. [su_spacer]Berdzikir pada Allah secara mutlak karena kita dianjurkan memperbanyak dzikir di hari-hari tasyriq. Sebagaimana Umar ketika itu pernah berdzikir di Mina di kemahnya, lalu manusia mendengar. Mereka pun bertakbir dan Mina akhirnya penuh dengan takbir. Allah Ta’ala berfirman,فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آَبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ 200 وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 201“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut membangga-banggakan nenek moyangmu[126], atau bahkan berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian yang menyenangkan di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” QS. Al Baqarah 200-201Dianjurkan Memperbanyak Do’a Sapu JagadDari ayat terakhir yang disebutkan di atas, para ulama salaf menganjurkan membaca do’a “Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina adzaban naar” di hari-hari tasyriq. Sebagaimana hal ini dikatakan oleh Ikrimah dan Atho’.Do’a sapu jagad ini terkumpul di dalamnya seluruh kebaikan. Nabi shallallahu alaihi wa sallam paling sering membaca do’a sapu jagad ini. Anas bin Malik mengatakan,كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً ، وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ“Do’a yang paling banyak dibaca oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam “Allahumma Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina adzaban naar” Wahai Allah, Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” HR. Bukhari no. 2389 dan Muslim no. 2690Di dalam do’a telah terkumpul kebaikan di dunia dan Hasan Al Bashri mengatakan, “Kebaikan di dunia adalah ilmu dan ibadah. Kebaikan di akhirat adalah surga.”Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Kebaikan di dunia adalah ilmu dan rizki yang thoyib. Sedangkan kebaikan di akhirat adalah surga.”Dan do’a juga termasuk dzikir, bahkan do’a termasuk dzikir yang paling dari Al Jashshosh, dari Kinanah Al Qurosy, dia mendengar Abu Musa Al Asy’ariy berkata ketika berkhutbah di hari An Nahr Idul Adha, “Tiga hari setelah hari An Nahr yaitu hari-hari tasyriq, itulah yang disebut oleh Allah dengan ayyam ma’dudat hari yang terbilang. Do’a pada hari tersebut tidak akan tertolak pasti terkabul, maka segeralah berdo’a dengan berharap pada-Nya.” Lihat Latho-if Al Ma’arif, 505-506.Demikian sajian di hari tasyriq ini. Moga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi Juga Hukum Puasa Sunnah di Hari Tasyrik— Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 11 Dzulhijjah 1434 HPenulis Muhammad Abduh TausikalArtikel Pengasuh dan Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta 2003-2005. S1 Teknik Kimia UGM 2002-2007. S2 Chemical Engineering Spesialis Polymer Engineering, King Saud University, Riyadh, KSA 2010-2013. Murid Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan, Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy Syatsriy, Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir Al Barrak, Syaikh Sholih bin 'Abdullah bin Hamad Al 'Ushoimi dan ulama lainnya. Sekarang memiliki pesantren di desa yang membina masyarakat, Pesantren Darush Sholihin di Panggang, Gunungkidul.
Beberapaperistiwa penting dalam Perang Banjar memperlihatkan indikasi adanya pengaruh tarekat Sammâniyyah, seperti gerakan “Beratib Beamal”.Bahkan, sebagaimana yang banyak disinyalir oleh banyak ahli, Perang Banjar terjadi dan mengalami kematangan ketika seorang guru mulai mengajarkan amalan yang dinamakan “Beratib Beamal”.
Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Organized by Academy of Contemporary Islamic Studies ACIS, Universiti Teknologi MARA, Melaka, Malaysia in Collaboration with Research, Industry, Community & Alumni Networking Division, Universiti Teknologi MARA Melaka PROCEEDING 4TH INTERNATIONAL ISLAMIC HERITAGE CONFERENCE 2021 ISHEC ’21 “ISLAMIC HERITAGE STRENGTHENING THE KNOWLEDGE, EMPOWERING THE ACHIEVEMENT” Organized by Academy of Contemporary Islamic Studies ACIS, Universiti Teknologi MARA, Melaka, Malaysia in Collaboration with Research, Industry, Community & Alumni Networking Division, Universiti Teknologi MARA Melaka Copyright Page e-Proceedings of International Islamic Heritage Conference 2021 IsHeC 2102 September 2021Academy of Contemporary Islamic Studies ACIS,Universiti Teknologi MARA, Melaka, MalaysiaThe editorial board would like to express their heartfelt appreciation for the contributions made by the authors, co-authors and all who were involved in the publication of this e-proceedings. Published by Academy of Contemporary Islamic Studies ACIS Universiti Teknologi MARA, Melaka, Malaysia Published date 23 August 2021 Copyright © 2021, Academy of Contemporary Islamic Studies ACIS, Universiti Teknologi MARA, Melaka Branch e-ISBN 978-967-2846-07-9All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, copied, stored, distributed, or transmitted in any form or by any means, including photocopying, recording, digital scanning, or other electronic or mechanical methods without prior written permission from the publisher. The views, opinions, and technical recommendations expressed by the contributor and authors are entirely their own and do not necessarily reflect the views of the editors, the publisher and the university. INTERNATIONAL ISLAMIC HERITAGE CONFERENCE 2021 EDITORIAL BOARD Patron Y. Bhg. Prof. Dr Abd Halim Mohd Noor Advisor 1 Prof. Ts Dr Shafinar Ismail Advisor II Prof. Madya Dr S Salahudin Suyurno Chairman Dr Mohd Zaid Mustafar Deputy Chairman Mr Mohd Khairul Nizam Mohd Aziz Chief of Publication Dr Khairul Azhar Meerangani Dr Izzah Nur Aida Zur Raffar Dr Asma Wardah Surtahman Editors Dr Khairul Azhar Meerangani Dr Mohammad Fahmi Abdul Hamid Mr Abdul Qayuum Abdul Razak RECTOR’S NOTES Prof. Dr. Abd Halim Mohd Noor CHAIRMAN’S PREFACE Dr Mohd Zaid Mustafar KEYNOTE 1 PENDIDIKAN BERTERASKAN ULUL ALBAB DALAM MEMBANGUN GENERASI MUSLIM YANG CEMERLANG, BERPENGETAHUAN DAN BERAKHLAK Prof. Dato’ Dr. Ab. Halim bin Tamuri KEYNOTE 2 KOMUNIKASI PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN DI ANTARA MAGHREB DAN NUSANTARA DARI SUDUT SEJARAH Syeikh Dr Khalid Zahri & Dr Ahmad Arif Zulkefli KEYNOTE 3 ISLAMIC HERITAGE AND CIVILIZATIONAL REFORM CONNECTING THE BROKEN AND RAISING THE VANISHED Prof Dr Mohd Zaid Ahmad PENERIMAAN MASYARAKAT MUSLIM TERHADAP KEPIMPINAN NON MUSLIM DI MALAYSIA Khairul Azhar Meerangani, Mohd Zahimie Mohd Dzahid, Muhammad Dzarif Ahmad Zahidi, Ahmad Nurilakmal Norbit & Mohd Farhan Md Ariffin WAQF-BASED AND OTHER SOCIAL-BASED HEALTHCARE IN MALAYSIA A CONCEPTUAL COMPARISON Raja Aishah Raja Adnan, Mahazan Abdul MutalibTaib & Muhammad Ridhwan Ab. Aziz MODEL MUZIUM PATUH SYARIAH DI MALAYSIA SATU PENGENALAN Siti Maimunah Kahal, Hajar Opir, Rahimin Affandi Abdul Rahim, Amiratul Munirah Yahaya & Nor Diyanah Zafri A SHARIAH OVERVIEW OF CREDIT STRENGTHENING FOR EQUITY-BASED SUKUK IN THE ISLAMIC CAPITAL MARKET IN MALAYSIA Dziauddin Sharif & Mohd Asyadi Redzuan UNDERSTANDING OF PRAGMATISM AND ISLAMIC PERSPECTIVE A CASE STUDY OF UNIVERSITY KUALA LUMPUR STUDENTS Sakinah Munarwarrah Hashim PERANAN KAEDAH-KAEDAH FIQHIYYAH SEBAGAI ELEMEN ISTIDLAL DALAM ISU DARURAH Ahmad Murshidi Mustapha & Noraini Junoh ANALYSIS OF HACCP IMPLEMENTATION IN THE MALAYSIAN HALAL INDUSTRY Muhammad Raziq Ramzi & Azri Bhari INTEGRATED EDUCATION IN KERALA THE PIONEERING ROLE OF SAYYED ISMAIL SHIHABUDDIN POOKKOYA THANGAL OF PANOOR 1936-2010 Mohd. Noh Abdul Jalil & Sayyed Mohamed Muhsin INTERNATIONALISATION OF THE ISLAMIC THOUGHT THE CONTRIBUTIONS OF SAYYED ISMAIL 1936-2010 Sayyed Mohamed Muhsin & Mohd. Noh Abdul Jalil CURATION CONTENTS AS A CORE COMPETENCY IN MOOC LEARNING AMONG STUDENTS USING ENGAGEMENT THEORY FRAMEWORK Nik Rozilaini Wan Mohamed & Dziauddin Sharif ANALYSIS THE IMPLEMENTATION OF THE HALAL LOGO IN THE FOOD INDUSTRY IN MALAYSIA Nur Afini Abu Bakar & Azri Bhari DILEMA PENDIDIKAN KANAK-KANAK ROHINGYA DI MALAYSIA SATU TINJAUAN AWAL Aida Zahirah Samsudin & Napisah Karimah Ismail TINJAUAN KEKANGAN DAN PENDEKATAN BAGI PEMANTAPAN AKIDAH ISLAMIYAH UMMAH MASA KINI Zanirah MustafaBusu, Nur Syazana Adam, Hasnah Atikah Hassan Shukri & Noraini Junoh KEFAHAMAN DAN KESEDARAN TUNTUTAN KEATAS ZAKAT EMAS DI KALANGAN WANITA ANALISIS DALAM KOMUNITI WANITA DI DUNGUN, TERENGGANU Muhamad Anas Ibrahim, Aemy Aziz, Nurul Ilyana Muhd Adnan, Muhammad Saiful Islam Ismail & Syaimak Ismail PEMBANGUNAN MINDA REMAJA MENURUT PERSPEKTIF ULWAN TINJAUAN TERHADAP AMALAN KELUARGA DI PUTRAJAYA Izzah Nur Aida Zur Raffar, Hamidah Jalani, Nang Naemah Nik Dahalan, Nor Adina Abdul Kadir, Sarah Dina Mohd Adnan & Mariam Farhana Md Nasir MEKANISME AGIHAN ZAKAT MAIK KEPADA GOLONGAN ASNAF DAN MISKIN DI NEGERI KELANTAN Muhamad Anas Bin Ibrahim, Aemy Aziz, Nurul Ilyana Muhd Adnan, Muhammad Saiful Islam Ismail & Syaimak Ismail ANALYSIS OF COMMUNITY UNDERSTANDING OF ISLAMIC INHERITANCE MANAGEMENT INSTITUTIONS IN MALAYSIA Khairul Anam Naqiuddin Muhamad & Azri Bhari PERWALIAN MENURUT PERSPEKTIF FIQH SATU PERBINCANGAN KONSEPTUAL Atiqah Hazman, Norhidayah Pauzi & Bahiyah Ahmad ANALYSIS ABOUT MANAGEMENT OF SADAQAH FUND AT MOSQUES IN SHAH ALAM Hikmah Abd Rahim, Azri Bhari & Mohd Ashrof Zaki Yaakob DIALOG ANTARA AGAMA SEBAGAI SATU PENDEKATAN DAKWAH MASYARAKAT MAJMUK Aemy Elyani Mat Zain & Jaffary Awang THE CONCEPT OF AR RIJAL QAWWAMUN ALA AN-NISA' IN COMBATING DOMESTIC VIOLENCE DURING COVID-19 PANDEMIC IN MALAYSIA Farah Safura Muhammud & Fatin Nur Majdina Nordin PENERIMAAN USAHAWAN KECIL MUSLIM DI KELANTAN TERHADAP AR-RAHNU ANALISIS DARI PERSPEKTIF FAKTOR PROMOSI Salimah Yahaya & Hainnur Aqma Rahim PEMIKIRAN AKIDAH MUHAMMAD BIN KHALIL AL-SAKUNI Ahmad Arif Zulkefli, Muhammad Hafizi Rozali, Khairul Azhar Meerangani & Mohammad Fahmi Abdul Hamid ANALISIS KEPUTUSAN MUZAKARAH MAJLIS KEBANGSAAN BAGI HAL EHWAL UGAMA ISLAM MALAYSIA MKI BERKAITAN COVID-19 DI MALAYSIA Azri Bhari & Mohd Hapiz Mahaiyadin ISU MUD AJWA’ DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGAMALAN KEWANGAN ISLAM SEMASA SOROTAN LITERATUR Mohd Asyadi Redzuan, Dziauddin Sharif & Mohamed Fairooz Abdul Khir SEMAKAN ARAH KIBLAT MASJID-MASJID WARISAN KAJIAN DI NEGERI MELAKA Mohd Razlan Ahmad, Radzuan Nordin & Nor Nazmi Razali PERANAN KOMPLEKS FALAK AL-KHAWARIZMI, MELAKA DALAM PELANCONGAN ASTRONOMI DI MALAYSIA Mohd Razlan Ahmad, Nur Nafhatun Shariff, Nor Nazmi Razali, Mohd Takiyuddin Ibrahim & Mohd Paidi Norman KEBERKESANAN AGIHAN ZAKAT TERHADAP ASNAF FISABILILLAH DI NEGERI KELANTAN Wan Siti Zahratul Wahdah Wan Azlan & Noor Hasyimah Sulaiman PENERAPAN NILAI KEROHANIAN DALAM PERANCANGAN KERJAYA PELAJAR TVET Ahmad Rosli Mohd Nor, Mohammad Fahmi Abdul Hamid & Khairul Aizal Osman KELESTARIAN KEWANGAN SOSIAL GOLONGAN MISKIN RENTAN MELALUI MEKANISME i-CSR BERASASKAN QARD AL-HASAN. Norajila Che Man, Mohd Faizal P. Rameli, Wan Noor Hazlina Wan Jusoh & Nurul Hidayah Mansor PENGAMALAN ZIKIR DALAM MAJLIS ZIKIR TAREKAT AL-SYAZULIYAH AL-DARQAWIYAH DI NEGERI SEMBILAN Mohammad Fahmi Abdul Hamid, Ahmad Rosli Mohd Nor, Khairul Azhar Meerangani, Mohd Farhan Md Ariffin & Muhammad Taufiq Md Sharipp PANDANGAN PESERTA TENTANG PENCAPAIAN SELEPAS MENYERTAI PROGRAM REALITI TV AGAMA DI MALAYSIA Muhamad Faisal Ashaari & Nabil Ahmad JAWI PERANAKAN STATUS DAN PERANANNYA DALAM MEMBUDAYAKAN EKONOMI MELAYU Hamidah Jalani, Izzah Nur Aida Zur Raffar, Sarah Dina Mohd Adnan, Nor Adina Abdul Kadir, Nang Naemah Nik Dahalan & Mariam Farhana Md Nasir DIGITALISASI SISTEM PENGURUSAN ZAKAT DI MALAYSIA POTENSI DAN CABARAN Muhammad Taufik Md Sharipp, Khairul Azhar Meerangani, Muhammad Ikhlas Rosele, Mohammad Fahmi Abdul Hamid & Abdul Qayuum Abdul Razak SEJARAH PENULISAN KARYA JAWI DALAM BIDANG MUNAKAHAT SUATU TINJAUAN Muhammad Faidz Mohd Fadzil, Abdul Qayuum Abdul Razak, Muaz Hj Mohd Noor, Mohd Zaid Mustafar & Mohd Khairul Nizam Mohd Aziz TAHAP PENCAPAIAN PELAJAR DALAM PROGRAM PLUS TAHFIZ UiTM Muhammad Syukri Mohd Ashmir Wong, Mohammad Fahmi Abdul Hamid & Khairul Azhar Meerangani IDENTIFIKASI AL-HIND BERDASARKAN MU’JAM AL-BULDĀN OLEH AL-ḤAMAWĪ KAJIAN TERHADAP HURUF AL-QĀF DAN AL-KĀF Rusni Mohamad & Thuraya Ahmad KONSEP HIFZ AL-BI’AH DALAM PENGURUSAN RISIKO BENCANA ALAM SATU SOROTAN AWAL Muhammad Hilmi Mat Johar, Khairul Azhar Meerangani, S Salahudin Suyurno & Adam Badhrulhisham PENGHAYATAN NILAI ISLAM KE ARAH MEMPERKUKUH PRINSIP RUKUN NEGARA Noor Aziera Mohamad Rohana, Siti Nurul Izza Hashim, Nang Naemah Nik Dahalan, Abdul Qayuum Abdul Razak & Mohd Faizal A STUDY ON FACTORS OF FAKE NEWS SPREADING ON THE HALAL STATUS OF FOOD PRODUCTS IN MALAYSIA Shofiyyah Moidin, Nur Auni Syafiqah Ismail, Muhammad Syukri Mohd Ashmir Wong, Nur Hafizah Harun & Norazlina Mamat HALAL TRAINING ISSUES AND CHALLENGES FROM TRAINERS’ PERSPECTIVES IN HALAL PRODUCTS RESEARCH INSTITUTE HPRI Nur Hafizah Harun, Muhamad Amir Nur Hakim Haji Abdullah, Muhammad Syukri Mohd Ashmir Wong, Norazlina Mamat & Shofiyyah Moidin THE LEARNING CHALLENGES FACED BY UiTM STUDENTS IN COVID-19 POST PANDEMIC Mohamad Shafiei Ayub, Nor Adina Abdul Kadir, Nursyaidatul Kamar Md Shah & Mohd Farhan Abd Rahman TULISAN JAWI PELOPOR KEILMUAN DI ALAM MELAYU SATU KAJIAN AWAL Siti Nurul Izza Hashim & Roziah SidikMat Sidek FALSAFAH PASCA KOLONIALISME DI ALAM MELAYU DALAM SOROTAN Ahmad Farid Abd Jalal, Rahimin Affandi Abdul Rahim & Awang Azman Awang Pawi KETOKOHAN IBU ZAIN DALAM MEMPERKASA PENDIDIKAN DI KALANGAN WANITA MELAYU SUATU TINJAUAN RINGKAS Nang Naemah Nik Dahalan, Izzah Nur Aida Zul Raffar, Hamidah Jalani, Mariam Farhana Md Nasir, Nor Adina Abdul Kadir & Sarah Dina Mohd Adnan SOROTAN AWAL TERHADAP AMALAN PENGURUSAN HARTA PUSAKA DI BAITULMAL MAJLIS AGAMA ISLAM NEGERI MAIN Nor Azlina Abd Wahab & Mohd Zamro Muda ANALYSIS OF HISTORICAL CONTENT IN AL-KAMIL FI AL-TARIKH ACCORDING TO IBN AL-ATHIR Abdul Qayuum Abdul Razak, Norsaeidah Jamaludin, Khairul Azhar Meerangani, Muhammad Faidz Mohd Fadzil, Ijlal SajaMearaj & Noor Aziera Mohamad Rohana ANALISIS TINJAUAN LITERATUR SISTEMATIK SLR BERKAITAN PENENTU GELAGAT FILANTROPI Mohd Khairul Nizam Mohd Aziz, Mohd Zaid Mustafar, Abdul Qayuum Abdul Razak, Muhammad Faidz Mohd Fadzil & Muaz Mohd Noor SUMBANGAN INTELEKTUAL IBNU MAJID 1432M-1507M DALAM GEOGRAFI PELAYARAN DI PESISIRAN AFRIKA TIMUR KAJIAN TERHADAP KARYA-KARYANYA TERPILIH Asma Wardah Surtahman & Misri Abdul Muchsin HUBUNGAN SISTEM ADAT NANING DENGAN ISLAM DARI ASPEK SEJARAH KEBUDAYAAN Luqman Nulhakim Harzamar & Muhammad Hirzan Razali AMALAN KREATIVITI RASULULLAH SAW DALAM PENDIDIKAN ISLAM BERDASARKAN ANALISIS HADIS DAN SIRAH NABAWIYAH Tengku Nor Husna Tengku Jamil, Gazilah Mohd Isa, Nurul Qudwatun Nisa’ Mohd Zamberi, Muhammad Arif Syahin Mohd Diah & Muhammad Zulfadhli Rosli KORELASI ANTARA GELAGAT FILANTROFI DENGAN TAHAP KEDERMAWANAN MUSLIM SEMASA PANDEMIK COVID-19 Muaz Mohd Noor, Muhammad Taufik Md Sharipp, Mohd Zaid Mustafar, Muhammad Faidz Mohd Fadzil, S Salahudin Suyurno & Mohd Khairul Nizam Abd Aziz KOMIK MELAYU ANALISIS DAKWAH DAN NILAI MURNI MENERUSI KARYA REJABHAD “TAN TIN TUN” Fazlina Mohd Radzi, Liza Marziana Mohammad Noh, Haslinda Abd Razak, Shaliza Dasuki & Nor Arseha Karimon HALAL AWARENESS EFFECT ON MALAYSIAN MUSLIMS’ INTENTION TO VISIT HOMESTAYS IN SABAH, MALAYSIA THE MODERATING ROLE OF GENDER Azrin Jalasi & Sylvia Nabila Azwa Ambad PERSEPSI PELAJAR TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERASASKAN PERMAINAN MELALUI PERANTI MUDAH ALIH Mohd Nabil Zulhemay, Nurul Asma Mazlan & Mohamad Farham Mat Husin EXPLORING THE MALAYSIAN LAW ON HALAL IMPORTED PRODUCTS Yuhanza Othman, Mimi Sofiah Ahmad Mustafa, Zuhairah Hasan & Mohair Nizam Johari INISIATIF BANTUAN MAKANAN DALAM MENANGANI KETIDAKSELAMATAN MAKANAN AKIBAT PANDEMIK COVID-19 OLEH MAJLIS AGAMA ISLAM NEGERI MAIN DAN INSTITUSI ZAKAT Noorfazreen Mohd Aris, Norizah MohamedHaji Daud & Sharipah Amirah Abas IMPAK PANDEMIK COVID-19 DAN CABARAN DALAM KELANGSUNGAN TAMADUN DI MALAYSIA KAJIAN MELALUI LAPORAN MEDIA MASSA Mariam Farhana Md Nasir, Nang Naemah Nik Dahalan, Hamidah Jalani, Izzah Nur Aida Zurrafar, Nor Adina Abdul Kadir & Sarah Dina Mohd Adnan PERBANDINGAN TAFSIR AL-MISBAH DAN TAFSIR IBNU KATHIR AL-HUJURAT AYAT 6 TABAYYUN DALAM MEDIA SOSIAL Mohd Nothman Mohd Nor, Muhamad Wazir Muslat, Ainan Salsabila Mohamad Shukry, Fatimah Az-Zahrah Mohd Razali, Nurul Amani Ahmad Hasni & Nur Athirah Abdul Wahab CONCEPTUALIZING SHARIAH INTERNAL AUDIT’S OBJECTIVES AND EFFECTIVENESS WITHIN CORPORATE GOVERNANCE A PRELIMINARY STUDY Noor Fadhzana Mohd Noor & Noor Affendi Ismail PELAKSANAAN WAKAF KESIHATAN OLEH MAJLIS AGAMA ISLAM NEGERI MAIN Norizah MohamedHaji Daud & Noorfazreen Mohd Aris PENGARUH PENDAPATAN TERHADAP PENGLIBATAN MUSLIM DALAM FILANTROPI KETIKA KESUKARAN PANDEMIK COVID-19¬ Mohd Zaid Mustafar, Mohd Khairul Nizam Mohd Aziz, Khairul Azhar Meerangani, Muhammad Faidz Mohd Fadzil & Muaz Mohd Noor TEODISI MENURUT IMAM AL-GHAZALI W. 1111M Nurhanisah Senin & Mustafa Kamal Amat Misra ANALISIS FAKTOR PENEROKAAN DAN KORELASI ANTARA MANHAJ RABBĀNIYY DENGAN KREDIBILITI KOMUNIKATOR ISLAM S Salahudin Suyurno, Muhammad Taufik Md Sharipp, Abdul Rauf Ridzuan, Zulkefli Hj Aini, Khairul Azhar Meerangani & Mohammad Fahmi Abdul Hamid HEALTH COMMUNICATION THROUGH SOCIAL MEDIA SITES IN COMBATING NON-COMMUNICABLE DISEASE NCDs AND IMPROVEMENT OF WELL-BEING IN MALAYSIA Aini Faezah Ramlan, Abdul Rauf Hj Ridzuan, S Salahudin Suyurno, Rosilawati Sultan Mohideen & Ilya Yasnorizar Ilyas PENERIMAAN PELAJAR TERHADAP KURSUS PENGHAYATAN ETIKA DAN PERADABAN DI UNIVERSITI TEKNOLOGI MARA, CAWANGAN PULAU PINANG Emie Sylviana Mohd Zahid & Nurfahiratul Azlina Ahmad KEPERLUAN ELEMEN AL-SARF AL-WAZIFIYY DALAM PENGAJARAN ASAS BAHASA ARAB Muhammad Daoh, Sri Andayani Mahdi Yusuf, Naqibah Mansor, Abdul Muqsith Ahmad, Mohd Nothman Muhamad Nor & Rabi'atul Aribah Muhamad Isa KESAN COVID-19 PADA DUNIA PELABURAN SAHAM Nurfahiratul Azlina Ahmad & Emie Sylviana Mohd Zahid ELEMEN PENCIPTAAN DALAM PANDANGAN KOSMOLOGI IMAM AL-GHAZALI Nurhanisah Senin i RECTOR’S NOTES The respected Executive Committee, The Top Management of UiTM Cawangan Melaka, collaborating partners, generous sponsors, distinguished participants, dedicated committee members, ladies, and gentlemen. First and foremost, I would like to express my utmost gratitude to Allah SWT because with His blessings, we have successfully organized the INTERNATIONAL ISLAMIC HERITAGE CONFERENCE ISHEC 2021 with the theme “Islamic Heritage Strengthening the Knowledge, Empower the Achievement”. This is the fourth time the conference has been held since 2015. Congratulation to all committee members for their hard works and dedications. With the COVID-19 is still around the corner and affected people worldwide, the spirit of producing inventions and innovations that are beneficial for society is still ongoing. This is in line with the saying of Prophet Muhammad SAW – “seeking for knowledge is compulsory for every Muslim”. We are obliged to seek knowledge regardless the circumstances and situation we are having. With this spirit and obligation, ISHEC 2021 comes into the picture. Although this event could not be organized in the conventional face-to-face approach, we have adapted and embraced these changes to remain competitive and relevant to the academic world. ISHEC 2021 provides a platform for academicians, researchers, and postgraduate students to generate creative and innovative ideas. ISHEC 2021 has focused on various contemporary sub-themes from different fields of Islamic studies. This situation has given the opportunity for the researchers to explore new insight in the area of Shariah and Jurisprudence, Islamic Economic and Finances, Aqidah and Islamic Thought, Da’wah and Communication, Education and Civilization, as well as Science & Technology. This is aligned with the Industrial Revolution IR to produce creative, data literate and critical scholars from various fields. Thus, this conference provides an opportunity for the scholars to share their knowledge and experiences. I believe the efforts shown by the committee members, collaborating universities and participants will have a significant impact on the socio-economic development of the global community in developing new ideas and methods successfully. I hope this conference would build research interests and networking while creating and presenting new ideas and innovations. Finally, I would like to congratulate the countless efforts and teamwork spirit once again from all parties, especially those who have made this event successful. Hopefully, this little effort of ours will be rewarded by Allah, In Shaa Allah. Thank you. Stay safe Prof. Dr. Abd Halim Mohd Noor, Exercising the functions of the Rector UiTM Cawangan Melaka ii CHAIRMAN’S PREFACE The respected Executive Committee, The Top Management of UiTM Cawangan Melaka, collaborating partners, generous sponsors, distinguished participants, dedicated committee members, ladies, and gentlemen. Praise to Allah with His blessings and grace, the Academy of Contemporary Islamic Studies is able to organize a 4th conference on Islamic Heritage with the theme, “Islamic Heritage Strengthening the Knowledge, Empowering the Achievement”. Without the full support from our co-organizer, Center for Islamic Philanthropy and Social Finance CIPSF, Division of Research and Industrial Linkages and ceaseless dedication as well as istiqamah and al-amal jamaie espirit de corp being put in among committee members, this conference would not have materialized. Among the objectives of this year’s conference is to build network among local and international scholars in the field of Islamic Heritage, to gather scholars in various fields and stimulate research on current issues related to Islam and to encourage generation of ideas and knowledge in various fields of Islamic-based research. Taking the benchmark from the 1st to 3rd conferences, we hope that in this 4th conference, a higher awareness can be shaped on appreciating works and studies in Islamic Heritage and broadening wider interests among the academic circle to collaborate and share their expertise in this multidisciplinary approach to contemporary Islamic studies. Besides, this conference is also expected to become the platform in preserving our Islamic heritage in the past, present and future so that the younger generation can learn and recognize the significance of Islamic heritage and civilization for progress. Hence, the organizers, committee members, presenters and participants should be congratulated accordingly for giving their full commitment and support to organize this fourth conference on Islamic Heritage. Let us make this conference another eventful one. All the best! Thank you. Dr. Mohd Zaid Mustafar Chairman of 4th ISHEC 2021 UiTM Cawangan Melaka 43 PENGAMALAN ZIKIR DALAM MAJLIS ZIKIR TAREKAT AL-SYAZULIYAH AL-DARQAWIYAH DI NEGERI SEMBILAN 1Mohammad Fahmi Abdul Hamid, 2Ahmad Rosli Mohd Nor, 3Khairul Azhar Meerangani, 4 Mohd Farhan Md Ariffin & 5Muhammad Taufiq Md Sharipp 1,3,5Akademi Pengajian Islam Kontemporari, Universiti Teknologi MARA, Cawangan Melaka, Kampus Alor Gajah, 78000 Alor Gajah, Melaka, Malaysia 2Akademi Pengajian Islam Kontemporari, Universiti Teknologi MARA, Cawangan Melaka, Kampus Bandaraya Melaka, 75350 Melaka, Malaysia 4Pusat Kajian al-Quran dan Sunnah, Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi, Malaysia ABSTRAK Tarekat tasawuf merupakan satu amalan kerohanian yang melibatkan berbagai elemen dalam proses pembentukan peribadi individu dan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam tarekat tasawuf terkandung pelbagai kaedah dan amalan yang boleh dilaksanakan bagi meningkatkan tahap kerohanian individu. Kaedah ini melengkapi ilmu secara teori dan praktikal yang perlu dilaksanakan bagi mereka yang telah bersedia untuk menempuh jalan tasawuf. Walau bagaimanapun, perlu ditegaskan, pilihan untuk beramal dengan tarekat tasawuf haruslah menepati landasan syariat. Demikian itu, perlunya penilaian terhadap tarekat tasawuf yang ingin diamalkan oleh individu dalam memastikan tarekat tersebut menepati syariat Allah SWT dan sunnah Nabi SAW. Oleh itu, kajian ini mengetengahkan pengamalan zikir dalam majlis zikir tarekat al-Syazuliyah al-Darqawiyah di Negeri Sembilan dan keselariannya menurut perbahasan al-Quran dan al-Sunnah. Kajian ini menggunakan metodologi kualitatif yang bersifat analisis deskriptif melalui analisis dokumen berkaitan sumber ambilan tarekat, kaedah pemerhatian dalam majlis zikir dan temu bual bersama syeikh tarekat sebagai data sokongan. Mekanisme penganalisisan terhadap pengamalan tersebut menggunakan hadis sebagai dalil utama, disokong dengan dalil al-Quran serta pendapat ulama. Hasil kajian mendapati pengamalan zikir dalam majlis zikir tarekat al-Syazuliyah al-Darqawiyah di Negeri Sembilan bertepatan dengan perbahasan al-Quran, hadis mahupun pendapat para ulama. Keselarian praktis zikir dalam majlis zikir tarekat dengan penetapan syarak boleh diteruskan sebagai satu bentuk pengamalan kerohanian dalam kalangan masyarakat. Kata Kunci Tarekat; al-Syazuliyah; al-Darqawiyah; Tasawwuf; Negeri Sembilan ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
. 462 133 78 268 442 186 71 70
amalan zikir tarekat akmaliyah